Jumat, 19 Oktober 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK PERAH


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI LAKTASI



OLEH :

MOH.YUDIONO PUTRA
B1D 010 026
ILMU PRODUKSI TERNAK



FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2012









KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Biologi Laktasi ini Pada dasarnya laporan ini berisi tentang : Cara pemerahan dan pengukuran produksi susu, Identifikasi ambing dan Penentuan umur ternak dengan cara melihat dan memperhatikan perubahan gigi permanent ternak, penentuan masa laktasi ternak dan periode laktasi dengan sistem bertanya kepada petugas
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen pembimbing, yang telah membimbing kami baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan laporan praktikum Biologi Laktasi  ini. Sehingga laporan   ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
            Kami juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami berharap kritik dan saran baik dari Bapak Dosen Pembimbing, maupun dari teman-teman yang bersifat membangun dan membantu kesempurnaan laporan ini. Semoga Tuhan yang maha kuasa melimpahkan rahmat-nya bagi kita semua.


                                                                                                      

Mataram, 30 Mei 2012

                                                                                                              Penyusun.










DAFTAR ISI

ACARA I : Membersihkan kandang dan memandikan sapi perah
PENDAHULUAN 1
a.      Latar Belakang
b.      Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
a.      Materi Praktikum
b.      Metode Praktikum
c.      Tempat Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
a.      Kesimpulan
b.     Saran
ACARA II : Cara Pemerahan Dan Pengukuran Periode Susu Tiap tiap Kuartir Ambing Depan Dan Belakang
PENDAHULUAN 1
c.      Latar Belakang
d.     Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
d.     Materi Praktikum
e.      Metode Praktikum
f.       Tempat Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
c.      Kesimpulan
d.     Saran




ACARA III : Pengamatan dan identifikasi ambing sapi yang baik dan tidak baik
PENDAHULUAN 1
e.      Latar Belakang
f.       Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
g.      Materi Praktikum
h.      Metode Praktikum
i.        Tempat Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
e.      Kesimpulan
d.        Saran
ACARA IV : Penentuan umur , Masa laktasi Dan Periode laktasi
PENDAHULUAN 1
g.      Latar Belakang
h.      Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
j.        Materi Praktikum
k.      Metode Praktikum
l.        Tempat Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
f.       Kesimpulan
        d.    Saran








Acara I
Membersihkan dan Memandikan Sapi Perah
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu yang cukup tinggi, untuk mendapatkan produk susu  yang tinggi perlu diperhatikan manajemen pemeliharaan dari sapi perah. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini terus didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan ternak perah, khususnya sapi perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan  susu secara nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah.
Salah satu paktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha beternak Sapi perah  yaitu paktor kebersihan, terutama kebersihan lingkungan baik itu kebersihan kandang maupun kebersihan ternak itu sendiri. Lingkungan yang tidak bersih dan kotor dapat mengganggu aktivitas ternak dan juga dapat menimbulkan bibit penyakit  terutama pada saat pemerahan susu pada Sapi perah. Memandikan ataupun membersihkan kambing perah secara rutin sebelum melakukan pemerahan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan dalam pemeliharaan kambing perah selain  kambing perah kelihatan bersih dan  merasa nyaman juga dapat mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air susu pada saat melakukan pemerahan akibat kotoran yang melekat pada tubuh ternak tidak dibersihkan.selain itu kondisi tubuh yang tidak bersih dapat menimbulkan penyakit pada ternak itu sendiri karena kuman maupun bakteri dapat berkembang pada kondisi lingkungan yang kurang bauk.
     oleh sebab itu membersihkan atau memandikan Sapi Perah  sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit yang dapat menurunkan produktivitas ternak dalam praktikum ini kebersihan dilakukan dengan cara membersihkan kandang dan memandikan sapi perah dengan menggunakan Air dengan tujuan untuk mengurangi datangnya bakteri yang menyebabkan parasit serta mengurangi amoniak, lantai kandang juga dibersihkan agar ketika memerah susu berada dalam keadaan steril.

.
B.tujuan dan kegunaan praktikum
a).Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari prakrikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan perawatan Sapi Perah baik membersihkan maupun memandikan
2.       Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari memandikan atau memebersihkan Sapi Perah serta mengetahui dampak yang akan terjadi bilamana kegiatan tersebut tidak dilakukan
b). Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah
1..  Mahasiswa bisa mengetahui secara praktis tentang bagaimana cara menejemen  sapi betina dewasa
2.. Diharapkan kepada mahasiswa, setelah melakukan praktikum ini agar bisa menerapkan dimasyarakat guna memberi solusi yang ada dimasyarakat, mahasiswa juga bisa menemukan serta memahami cara menangani kendala-kendala yang ada pada peternakan

Tempat dan Tanggal Praktikum
a)      Tempat Praktikum.
Praktikum ini dilaksanakan di BIB Banyumulek Lombok barat
b)      Tanggal Praktikum.
Paraktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 – Mei Tahun 2012









BAB II
Tinjauan Pustaka
Membersihkan lantai kandang  sapi perah
Eday, dkk (1981) menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktifitas ternak antara lain dapat dilakukan dengan peningkatan satu atau beberapa aspek tatalaksana pemeliharaan seperti kebersihan kandang dan lingkungan, pengaturan perkawinan, perbaikan makananserta cara pemberiannnya
            Dalam teori pemerahan, hal –hal yang pertama dilakukan sebelumnya adalah membersihkan lantai kandang. Ini dilakukan supaya dalam melakukan aktivitas pemerahan, susu yang diperoleh tetap dalam keadaan steril, karena susu mengandung zat yang dapat dengan mudah menyerap bau yang ada di sekitarnya. (Widodo, 1979). Lantai kandang yang baik, sangat berpengaruh pada ternak itu sendiri, seperti drajat kemiringan lantai, kelicinannya, dan kebersihannya.
Membersihkan atau mamandikan sapi perah
Sapi perah sebaiknya dimandikan dua kali sehari, sapi dimandikan setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Beberapa penyakit biasa menyerang sapi, antara lain antraks, penyakit mulut dan kaki (PMK), penyakit ngorok (mendengkur) atau penyakit Septichaema epizootica, dan penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot). Penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan memberikan vaksinasi dan menjaga kebersihan kandang ( Anonym,2010).
Pemandiaan sapi perah sangat perlu dilakukan agar susu yang dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok dan agar sapi tetap sehat karena respirasi kulitbaik sehingga metabolisme akan baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari untuk menghilangkan rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar ambing kaki belakang serta bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel sehingga takmengotori susu dan air cukup  dimandikan agar lebih bersih dan segar (Arif,2009).
Tujuan membersihkan badan sapi yaitu, a) menjaga kesehatan sapi agar bakteri maupun kuman-kuman tidak berinfeksi dan juga pengaturan suhu badan serta peredaran darah tidak terganggu, b) menjaga produksi susu agar bisa selalu stabil, c) menghindarkan bulu-bulu sapi yang rontok ke dalam air susu yang kita perah (Muljana, 1985).

BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A.    Materi Praktikum
1.      Alat-alat Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
v  Skop untuk membersihkan kandang sapi perah
v  Arco untuk mengangkat kotoran kepembuangan
v  Selang untuk membersihkan kandang dan sapi
v  Sikat untuk membersihkan sapi
v  Sapu lidi untuk menyapu kandang sapi
v  Kamera untuk mengambil foto pada saat kegiatan praktikum

2.      Bahan praktikum dilapangan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
v  Sapi perah PFH (Melati 4)
v  Sapi perah PFH (Persik 4)
v  Sapi Perah (Sedap Malam 5)
B.Metode praktikum dilapangan
Adapun metode yang digunakan dalam praktikumk ini adalah:
Ø  Menyiapkan alat untuk membersihkan kandang dan memandikan sapi perah
Ø  Membersihkan kotoran yang ada dikandang menggunakan air, sapu, sekop hingga bersih
Ø  Memandikan sapi perah dengan air sambil menyikat bagian luar tubuh sapi hingga bersih.







BAB IV
Hasil Dan Pembahasan

Membersihkan lantai kandang
Membersihkan lantai kandang adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan oleh petugas kebersihan di BIB Banyumulek. Begitupun dengan  Mahasiswa yang sedang melakukan praktikum. mereka membersihkan kandang pada saat mulai praktikum. membersihan kandang ini bertujuan agar kandang tidak kotor tentunya, tidak ada bakteri yang menyebabkan penyakkit, serta agar sapi dan orang-orang yang masuk kekandang terutama mahasiswa yang praktikum merasa lebih nyaman.
Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh mahasiswa. karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan sapi, sehingga perlu dibersihkan. Jika kandang terlalu kotor, maka kandang akan  mendatangkan berbagai macam bakteri dan virus yang menyebabkan atau membawa penyakit yang mengakibatkan berkurangnya produksi maupun produktivitas pada ternak.
Sehingga kandang sangat perlu dibersihkan setiap hari, kalau tidak dibersihkan setiap hari, kotoran ternak sapi akan menumpuk didalam kandang yang mendatangkan banyak bakteri serta bau kandang sapi sangat menyengat karena kandungan amoniak pada kandang sapi terlalu tinggi dari kotorannya. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan menyebabkan sapi perah akan menjadi stress.
Dalam teori pemerahan, hal –hal yang pertama dilakukan sebelumnya adalah membersihkan lantai kandang. Ini dilakukan supaya dalam melakukan aktivitas pemerahan, susu yang diperoleh tetap dalam keadaan steril, karena susu mengandung zat yang dapat dengan mudah menyerap bau yang ada di sekitarnya. (Widodo, 1979). Lantai kandang yang baik, sangat berpengaruh pada ternak itu sendiri, seperti drajat kemiringan lantai, kelicinannya, dan kebersihannya.
Gambar 1. Contoh gambar penumpukan kotoran sapi perah didalam kandang yang tidak di bersihkan
 







Seperti yang terlihat pada gambar diatas, kandang yang banyak memiliki kotoran yang banyak dapat mengganggu aktivitas petugas atau mahasiswa termasuk aktivitas pemerahan.
Akantetapi kandang yang sudah bersih akan telihat indah, bersih, aktivitas petugas lancer, mengurangi datangnya penyakit, mengurangi amoniak didalam kandang sehingga sapi pun tidak stress. Bersihnya lantai kandang akan sangat mendukung terhadap tingkat produksi maupun produktivitas sapi perah. karena akan berkaitan dengan keadaan lingkungan. sementara setiap ternak termasuk sapi yang mempengaruhi tingkat produksi maupun produktivitasnya adalah gen serta lingkkungan. Kondisi lingkugan yang baik sesuai dengan kondisi ternak, akan sangat mempengaruhi tingkat produksi maupun produktivitas ternak yang positif. tidak terlepas dari kandang yang bersih, sehingga kandang perlu dibersihka
b
 
a
 
 











Gambar 2. Membersihkan kandang


 
Memandikan sapi perah
Sapi perha harus dimandikan setiap hari, agar ternak selalu bersih dan sehat. Karena jika ternak tidak dimandikan akan banyak bakteri yang menyebabkan penyakit menempel ditubuh ternak sapi perah. Selain itu juga untuk mengurangi penyakit mastitis pada ambing sapi perah.

                               

Gambar 3. Memandikan Sapi Perah
Kebersihan terhadap sapi perah sangat perlu diperhatikan. Sapi perah adalah ternak yang sangat sensitive terhadap penyakit, terutama penyakit masitits. Sehingga kesehatan dan kebersihan sapi perah perlu diperhatikan. Untuk mengurangi resiko penyakit sapi perah tersebut, salah satu caranya adalah dengan memandikannya. Selain mengurangi resiko penyakit memandikan sapi perah juga bertujuan untuk menjaga kebersihan air susu sapi perah pada saat diperah. Dengan cara dimandikan, kebrsihan air susu sapi perah akan tetap terjaga. Pemandiaan sapi perah sangat perlu dilakukan agar susu yang dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok dan agar sapi tetap sehat karena respirasi kulitbaik sehingga metabolisme akan baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari untuk menghilangkan rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar ambing kaki belakang serta bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel sehingga takmengotori susu dan air cukup  dimandikan agar lebih bersih dan segar (Arif,2009).
BAB V
Kesimpulan dan saran
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum tersebut adalah :
Ø  Membersihkan kandang merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar kandang selalu dalam keadaan bersih sehingga ternak maupun petugas selalu merasa nyaman dan ternak terhindar dari penyakit.
Ø  Memandikan sapi perah merupakan tindakan yang dilakukan dalam peroses pemerahan agar susu yang diperah tetap steril.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
ü  Diharapkan pada mahasiswa yang melakukan praktikum ini melakukannya dengan baik dan benar karena banyak data yang harus di cari
ü  Mengharuskan untuk membawa peralatan praktikum agar memudahkan dalam melaksanakan praktukum ini.
ü  Harus menyiapkan persiapan semtang matangnya sebelum melakukan praktikum.


BAB VI
Daftar Pustaka
AAK, 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisisus : yogyakarta.

Syarief, M. Z dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. C.V. Yasaguna,   Jakarta.

                                                                      




















Acara II
Cara Pemerahan Dan Pengukuran Periode Susu
Tiap tiap Kuartir Ambing Depan Dan Belakang
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu yang cukup tinggi, untuk mendapatkan produk susu  yang tinggi perlu diperhatikan manajemen pemeliharaan dari sapi perah. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini terus didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan ternak perah, khususnya sapi perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan  susu secara nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah.
Prodoksi susu sapi perah sangat tinggi dan cara pemerahan hurus hati hati dan pelan pelan agar tidak mencederai ambing sapi tersebut karena ambing sapi sangat sensitip terhadap rangsangan,sebelum melakukan pemerahan harus disiapkan terlebih dahulu alat alat yang akan digunakan dan kandang dan sapi harus di mandikan terlebih dahulu agar bersih karena air susu sangat sensitive terhadap debu atau kotoran lainnya sehingga lingkungan sekitar harus di sterilkan terlebih dahulu,
            Cara cara pemerahan terus berkembang karena diliat potensi sapi perah untuk menghasilkan susu semakin tinggi sehingga harus ada alat yang mebantu dalam pemerahan seperti; Langkah-Saver susu transportasi , pemerahan pipa, vakum ember pemerahan akan terus berkembang karena sapi perah terus dikembangkan untuk memproduksi air susu yang melimpah agar peternak tidak kewalahan untuk memerah air susu yang dihasilkan.dianjurkan utuk memberikan pakan yang berupa konsentrat pada sebelum pemerahan agar dapat membantu proses pemerahan dan susu yang dihasilkan banyak.
Menurut Prihadi (1996), proses pemerahan yang baik harus menunjukkan ciri - ciri sebagai berikut: pemerahan dilakukan dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, menggunakan prosedur sanitasi, efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Pemerahan dimulai pada kedua putting sebelah muka bersama-sama sampai habis kering, kemudian pada kedua putting sebelah belakang
Ambing  juga sangat perludiperhatikan dan dirawat dengan baik agar tedik tirjangkit mastitis yang dapaat mengurangi produksi sapi tersebut dalam satu ambing sapi dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian depan kanan , depan kiri,belakang kanan dan belakang kiri dan masing masing memiliki kemampuan menampung susu yang berbeda beda karena susu sapiperah menyerupai perahu dan lebih besar bagianbelakang,sehingga produksi susu ambing belakang lebih tinggi dibandingkan poduksi ambing depan  sehingga terlhat ambingbagian belakang lebih besar dan persentasi penampungannya yaitu 60% belakang  berbanding 40% depan,untuk mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka prtlu dilakukan praktikum tentang sapi perah cara pemerahannya dan pengamatan produksi susu perkuartir nya untuk menjelaskan hasil kuliah dikelas.

B.tujuan dan kegunaan praktikum
a)      Tujuan praktikum
Adpun tujuan dari praktikum ini adalah antara lain;
Ø  Untuk mengetahui car pemeran dan hal hal yang hurus dikerjakan sebelum pemerahan dilakukan
Ø  Untuk mengetahui cara pemerahan yang baik menggunakan tangan
Ø  Untum mengetahui jumlah produksi susu per kuartir
Ø  Mengetahui jumlah perbandingan antara ambing belakang dan ambing depan
b)      Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah;
Ø  Sebagai penunjang dalam pemelajaran
Ø  Untuk mencakupi persyaratan dalam kuliah biologi laktasi
Ø  Sebagai pembelajaran awal dan agar dap dikembangkan
Tempat dan Tanggal Praktikum
c)      Tempat Praktikum.
Praktikum ini dilaksanakan di BIB Banyumulek Lombok barat
d)     Tanggal Praktikum.
Paraktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 – Mei Tahun 201



BAB II
Tinjauan pustaka
Persistensi produksi susu sangat dipengaruhi keseimbangan tiga homon, yaitu prolactin, thyroxine dan growth hormone. Apabila salah satu atau lebih, hormonyang disekresikan lebih kecil dari rata-rataoptimal, akan berpengarh terhadap persistensi. Untuk meningkatkan produksi susu selama laktasi, peternak dapat melakukan seleksi sapi mereka dengan memilih sapi-sapi selain puncak produksinya tertinggi, juga dipilih persistensi yang bagus, ( Campbell, 1975 ).
            Sapi perah yang berproduksi susu selama laktasi rendah, puncak produksi dicapai lebih awal, dan penurunan produksi lebih lambat dari pada sapi yang produksi susunya selama laktasi lebih tinggi. Puncak produksi susu (peak) setelah beranak bervariasidari 20 sampai 100 pound. ( Campbell dan Marshall, 1975 ).
Air susu adalah air susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor sapi atau lebih secara teratur, terus-menerus, tanpa dicampur, dikurangi atau ditambah apapun serta mempunyai Berat Jenis minimal 1,027 pada temperatur 27,5 derajat dan kadar lemak 2,8 persen (Sindoeredjo, 1960).
(Sudono 2003).Menyatakan Pada umumnaya pemerahan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah air susu yang dihasilkan. Jika jarak sama, yaitu 12 jam jumlah air susu yang dihasilkan pada pagi dan sore akan sama. Namun jika lama jarak pemerahan tidak sama, jumlah air susu yang dihasilkan pada sore hari lebih sedikit dari pada air susu yang dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dihasilkan dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya
Produksi susu yang rendah di daerah tropis, disebabkan oleh interaksi dari faktor  iklim, penyakit, pengembangbiakan, pemberian makanan dan pengelolaan, dan kepentingannya bervariasi secara relatif dari negara satu ke negara lain dan dari satu daerah ke daerah lain dalam satu negara (Williamson dan Payne, 1993).
Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya (Williamson dan Payne, 1993). Menurut Prihadi (1996), proses pemerahan yang baik harus menunjukkan ciri - ciri sebagai berikut: pemerahan dilakukan dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, menggunakan prosedur sanitasi, efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Pemerahan dimulai pada kedua putting sebelah muka bersama-sama sampai habis kering, kemudian pada kedua putting sebelah belakang (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pemerah (“milking machine”) atau dengan tangan (“hand milking”) (Prihadi, 1996). Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari 3 metode, yaitu metode “whole hand, knevelen dan strippen” (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).

 (Asih,2004). Menyatakan bahwa, Setiap hari sapi harus dibersihkan,dan disikat pada saat memandikan sapi,terutama pada saat menjelang memerah susunya. Di samping harus disikat sewaktu-waktu rambut panjang disekitar lipat paha dan ambing perlu dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran yang menempel. Tujuan utamanya yaitu agar air susu yang dihasilkan benar-benar bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok,disamping itu untuk menjaga agar sapi tetap sehat karna respirasi kulit sapi dapat berlangsung secara baik dan lancar sebagai respon dari metabolosme tubuh yang baik.
Rangsangan terhadap ambing sebelum dan selama pemerahan akan mempengaruhi produksi dan komposisi air susu. Suatu rangsangan yang menyenagkansepertitindakan tindakan yang tidak menyakitkan, mengejutkan, menimbulkan rasa nyaman dan tenang,akan memudahkan ambing melepaskan air susu. Sebaliknya tindakan-tindakan yang menimbulkan stress akan menimbulkan hambatan dalamproses pemerahan. Sehingga air susu dalam ambing tidak terperah sempurna,dalam ambing masih banyak tertinggal susu. Peristiwa ini akan mengakibatkan sekresi air susu berikutnya terhambat,dan bahkan mengakibatkan kemerosotanproduksi yang permanent untuk seluruh masa laktasi (AAK,1982).




BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A.Materi Praktikum
Alat-alat Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø  Saringan untuk menyaring susu
Ø  Literan Susu untuk menakar susu
Ø  botol pocari sweat 350ml untuk menampung air susu
Ø  Ember untuk mengambil pakan konsentrat sapi perah
Ø  Kamera untuk mengambil foto pada saat kegiatan praktikum

Bahan praktikum dilapangan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
·         Sapi perah PFH (Melati 4)
·         Sapi perah PFH (Persik 4)
·         Sapi Perah (Sedap Malam 5)

B.Metode praktikum dilapangan
Adapun metode yang digunakan dalam praktikumk ini adalah
Ø  Mempersiapkan alat alat dan bahan yang akan digunakan
Ø  Memerah ambing susu sapi perkuartir dengan cara manual kemudian mencatat jumlah produksi susu per kuartir
Ø  Memasukkan susu kedalam botol sebagai sampel laboratorium
Ø  Memberikan lebel atau tanda pada botol sampel





”.











































BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil praktikum
. Tabel Produksi Susu Sapi Perkuartir Pada Sapi Perah FH di BIB Banyumulak
No.
Nama Sapi
Tanggal Melahirkan
Produksi susu perkuartir (liter)
Total
Prod. susu
Total prod. Susu (%)
Umur (Tahun)
Laktasi
Depan
Belakang
Periode
Masa
Kanan
kiri
Jml
Prod. susu(%)
Kanan
kiri
Jml
Prod. Susu(%)
1
Melati 4
27/12/2011
1720
1350
2620
51,58
1360
1060
2420
48,02
5040*
100
3-3,5
II
5
2
Persik 4
23/12/2011
1100
1000
2100
47,62
1160
1150
2310
52,38
4410
100
3,5-4,5
II
5
3
Sedap malam 5
24/04/2011
950
780
1730
57,10
1300
mastitis
1300
42,90
3030
100
3,5-4,5
I
13

B.Pembahasan

Dalam memerah susu sapi perah harus mempelajari tekniknya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk tidak membuat sapi menjadi stres jika diperah serta dapat menjaga produksi susu tetap stabil. Pemerahan yang dilakukan di BIB banyumulek rata-rata memiliki produksi susu yang masih rendah. Karena. factor yang mempengaruhi terhadap pengingkatan produksi susu tidak stabil atau kurang mendukung terhadap peningkatan produksi susu sebagaimana dijelaskan oleh Williamson dan Payne (1993) bahwa produksi susu yang rendah di daerah tropis, disebabkan oleh interaksi dari faktor  iklim, penyakit, pengembangbiakan, pemberian makanan dan pengelolaan, dan kepentingannya bervariasi secara relatif dari negara satu ke negara lain dan dari satu daerah ke daerah lain dalam satu negara.

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa produksi susu dari  ke 3 sapi perah yang di perah di Banyumulek memiliki jumlah produksi yang berbeda beda dan diantara ke 3 sapi perah tersebut yang memiliki produksi yang cukup tinggi adalah sapi melati 4 yakni dengan total produksi susu berkisar 5040 ml, selanjutnya persik 4 dengan total produksi susu 4410 kemudian yang terendah adalah sedap malam 5 dengan total produksi susu 3030. Secara teori Ambing Depan  memiliki produksi 40 % dari total produksi sedangkan ambing bagian belakang memiliki 60 % dari total produksi hal ini terlihat dari bentuk ambing ternak perah yang besar bagian belakang dibandingkan dengan ambing depan. Namun sebaliknya berdasrkan praktikum yang kami lakukan di BIB banyumulek, beberapa sapi memiliki total produksi yang berbeda dengan teori yang ada. Yakni jumlah produksi susu ambing deapan lebih tinggi dibandingkan ambing belakang kemungkinan besar hal ini disebabkan karena koondisi jaringan pada ambing yang berbeda – beda, tiap kamar memiliki system yang sama tetapi kondisinya tidak selalu sama sehingga perlu diketahui hal – hal yang mempengaruhi system di dalam ambing yang dapat mempengaruhi produksi susu per kwartirnya.
Kemudian sapi 2 (persik 4) sudah diperah selama dua bulan atau memasuki masa laktasi kedua dan  jumlah produksi susu totalnya yaitu 5010 dengan persentasi ambing depan dan ambng belakang 47% dan 53% dari hasil ini bahwa sapi persik 4 mempinyai ambing yang ideal karena ambing belakang lebih besar dan produksinya lebih banyak dibandingkan ambing depan,sehingga sesuai dengan pedoman yang ada yaitu ambing depan lebih sedikit produksinya dibandingkan denngan ambing belakang,
            Dari kedua sapi ini memiliki persamaan yaitu sama sama dua kali melahirkan dan sama sama memasukimasa laktasi kedua tetapi produksi susunya berbeda,hal ini terjadi karena pada waktu pemerahan yang kuran baik sehingga produksi susu yang dihasilkan berbeda dan dapat juga karena pengaruh pakan,kedua sapi tersebut memilki tingkat konfersi pakan yamng berbeda sehingga produksi susunya berbeda.
Kemudian sapi sedap malam 5,sapi ini baru melahirkan satu kali sedangkan umurnya sudah memasuki empat tahun han ini terjadi karena sering mengalami kegagalan IB. dan pada saat pedek kerang mendapatkan asupan gizi dan susu yang sesuai dengankebutuhannya sehingga pertumbuhannya terhanbat sehingga waktu perkawinaannan mundur sehingga produksi susunya terganggu.
           
Cara pemerahan, hasil yang didapat dilapangan mununjukkan pemerahan masih dengan cara tradisonal yaitu dengan menggunakan tangan dan alat sederhana sehingga susu yang diperah tidak maksimal sedangkan ambing sapi hanya membutuhkan waktu 8menit untuk pemerahannya agar sesuai dengan itu tukang perah harus gerak cepat agar ambingnya dapat berkontraksi dengan baik dan dapat mendapatkan susu yang banyak dan dapat memenuhi permintaan susu segar para pelanggan,
Pada hasil yang kami dapat jumlah produksinya diantara ketiga sampel sapi yag digunakan sapi ini yang produksinya paling rendan yaitu 3030ml dengan persentasi ambing depan dengan ambing belakang sekitar 60% dan 40% hal ii dipengaruhi oleh periode laktasi dan umur yang sudah tua dan juga ambing yang tidak omplit laagi karena ambing belakang bagan kiri diduga terkena mastitis sehingga tidak dapat diperah kembali sehingga produksinya kurang tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga persentasinya lebih sedikit dengan ambing belakang hal ini terjadi karena pada saaat pemerahan alat yang digunakan memerah tidak disterilkan terlebih dahulu sehingga ambing menjadi terkena bakteri yang dapat merusak ambing dan tidak dap berproduksi lagi
























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
B.     Kesimpulan
ü  Dari penjelasan dan hasil yang kami dapat dalam praktikum ini dari tiga sapi yang digunakan sebagai sampel praktikum hanya sapi persik 4  yang sesuai dengan literature buku yang dipelajari yaitu jumlah produksi per kuartirnya sesuai yaitu ambing belakang lebih banyak produksi susunya dibandngkan dengan yang dibelakang,sedangkan sapi yang lainnya memiliki kelainan sehingga produksi susu per kuartirnya menjadi tidak sesuai dengan sebenarnya seperti
ü  Persik 5 memiliki ambing depan lebih besar dibandingkan ambing belakang sehingga persentasi ambing depan lebih tinggi disbanding ambing belakang.Sedangkan sapi sedap malam ambing belakang sebelah kiri mengalami masalah yaitu terkena mastitis sehingga produksi susu tak maksimal dan dpat mengurangi persentasi per kuartirnya.
ü  Sedangkan dalam cara pemerahan, pemeran masih dilakukan dengan tradisional dan alat yang digunakan sederhana sehingga produksi susu yang diinginkan tidak sesuai dan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen
ü  Jumlah produksi susu di Banyumulek tergolong rendah.

B.Saran
ü  Diharapkan pada mahasiswa yang melakukan praktikum ini melakukannya dengan baik dan benar karena banyak data yang harus di cari
ü  Mengharuskan untuk membawa peralatan praktikum agar memudahkan dalam melaksanakan praktukum ini.
ü  Harus menyiapkan persiapansemtang matangnya sebelum melakukan praktikum.







BAB VI

Daftar Pustaka


AAK, Petunjuk Beternak Sapi Pearh, Kanisius, 1995
Asih, 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas Mataram Press. Mataram
Hadiwiyato S. 1982. Teknologi Uji Mutu Susu Dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta.
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. An Introduction To AnimalHusbandary in          The Tropic. Longman Group Limited,London.(Diterjemahkan : S.G.N. Dwija Darmadja).
Sindoeredjo, S. 1960. Pedoman Perusahaan Pemerahan Susu.Direktorat
           Pengembangan Produksi. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Syarief, M. Z dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. C.V. Yasaguna,   Jakarta.


























ACARA III
Pengamatan Dan Identifikasi Ambing Sapi Perah Yang Baik Dan Tidak Baik
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Ambing adalah bagian tubuh yang paling penting dalam sapi perah karena ambing merupakan tempet produksi susu dan alat pengeluarannya,sehingga keberadaan ambing pada sapi perah sangat perlu dipelihara dan dijaga dengan baik agar dapat berfungsi dengan baik dan dapat menghasilkan susu yang banyak,pertumbuhan atau perkembangan ambing,terdapat banyak factor factor yang dapat mempenngaruhi jenis dan kualitas ambing diantaranya ,bangsa,pakan periode laktasi masa laktasi hal ini dapat mempengaruhi perkembangan ambing,
Bangsa, bangsa sapi perah berbeda beda sehingga ambing sapi sapi tersebut berbeda karena berasal dari keturunan yang berbeda sehingga kraktyer ambingnya berbeda ,kemudian pakan,pakan sangat sangat penting dalam perkembangan ambing karena dapat mengembangkan sel sel yang terdapat pada ambing seperti sel sel sekretori dan lain lain,
Anatomi ambing dilakukan dengan melakukan pengamatan bagian-bagian ambing awetan  sapi dara dan sapi laktasi. Hasil pengamatan antara sapi dara dan sapi laktasi terlihat bahwa ukuran ambing sapi dara baik panjang ambing, jarak antar puting baik depan kanan, depan kiri, belakang kanan, dan belakang kiri  lebih kecil dibandingkan dengan sapi laktasi. Sesuai pendapat Syarif dan Sumoprastowo (1990) hal ini disebabkan susunan penyokong ambing dara masih berupa perlemakan dan bagian-bagiannya masih belum terlihat jelas. Kelenjar-kelenjar ambing juga belum bias menghasilkan susu, dikarenakan sapi perah tersebut belum bunting maupun melahirkan









B.tujuan dan kegunaan praktikum

Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Ø  Untuk mengetahui bentuk ambing sapi perah yang baik dan tidak
Ø  Untuk mengamati perbedaan antara ambing yang satu dan yang lain
Ø  Untuk belajar menyeleksi ambinng yang baik.
Kegunaan praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø  Mahasiswa dapat mengetahui dan meraba ternak yang terkena mastitis
Ø  Mahasiswa dapat membedakan mana ambing yang baik dan ambig yang benarpenunjang nilai mata kuliah biologi laktasi.
































BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
Ambing terdiri dari 4 bagian yang masing-masing terletak di daerah inguinal caudal dari umbilicus dan meluas ke belakang di antara kedua paha. Pada kulitnya terdapat bulu kecuali pada putting. Ambing terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh central ligament. Masing-masing terdiri dari 2 kuartir, kuartir depan dan belakang dipisahkan oleh lapisan tipis (fine membrane). Lapisan pemisah ini menyebabkan setiap kuartir ambing berdiri sendiri  terutama pada kenampakan secara eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan struktur atau anatomi bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja sel-sel penghasil susu (Soebronto,1985).  
Vena mammaria pada ambing sapi laktasi tampak jelas karena sapi laktasi sudah dapat memproduksi susu.Siklus estrus yang berulang, menyebabkan perkembangan jaringan kelenjar susu lebih cepat. Bila sapi dara telah mengalami beberapa kali siklus estrus, maka duktusnya memperlihatakan banyak cabang dalam ambing. Frandson (1992)

























BAB III
Materi dan metode
A.Materi praktikum
1.alat praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Ø  Alat tulis
Ø  Lembar kerja dan gambar
Ø  Kamera
2.Bahan praktikum
Adapun bahan dalam praktikum ini adalah
Ø  Melati 4
Ø  Persik 4
Ø  Sedap malam 5
Metode praktikum
Adapun metode dalam praktikum ini adalah
Ø  Metode yang digunakan adalah mengamati ambing sapi laktasi, meliputi jaringan penggantung ambing, bagian ambing yang terdiri atas tinggi puting, jarak puting, panjang puting, lingkar puting serta jarak antar puting depan dan belakang,


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil praktikum
Gambar  Ambing sebelum dan sesudah diperah
Nama Sapi
Gambar sebelum diperah
Gambar sesudah diperah
Melati IV
Persik 4
Sedap Malam 5

Berdasarkan hasil pengamatan dari gambar diatas bahwa terdapat 2 sapi yang ambingnya mengempes dengan bagus yakni sapi persik dan melati 4 sedangkan sapi sedap malam 5 ambingnya tidak mengempes bagus setelah diperah diduga ambing belakang sebelah kiri di duga terkena mastitis sehingga air susunya menjadi rusak tidak layak untuk dikonsumsi, hal ini kemungkinan terjadi karena manajemen pemeliharaan dan perawatan sapi perah di BIB banyumulek masih kurang baik yakni ternak masih rentan terkena penyakit oleh karena itu manajemen pemelihraan di BIB harus diperbaiki.





Table pengamatan dan identifikasi kelainan/kerusakan/abnormalitas ambing sapi









No.
Kode/Nama Sapi
Ambing yang diamati

Ambing Depan
Ambing Belakang

Ambing Kanan
Ambing Kiri
Ambing Kanan
Ambing Kiri

1
Melati 4
Baik*
Baik*
Baik*
Baik*

2
Persik 4
Baik*
Baik*
Baik*
Baik*

3
Sedap malam 5
Baik*
Baik*
Baik*
Diduga mastitis


       Darihasil praktikum yang didapat berdasrkan table diatas  ambing sapi  yang ada di BIB banyumulek sangat berbeda jauh dengan yang sebenarnya karena menurut teori Ambing sapi perah yang baik adalah memiliki kwartir sebanyak 4 buah yang tidak saling berhubungan jaringannya. Maksudnya dalam satu kwarter terdiri dari  system suspensory, teat, ducts and cisterns, neural system, blood system, lympa system, internal secretory tissue yang berbeda. Sehingga apabila satu putting terkena mastitis maka tidak akan mempengaruhi putting atau kwartir yang lainnya. Dan memiliki 2 bagian yaitu depan dan belakang, ambing depan lebih kecil dari ambing belakang sehingga bentuknya seperti perahu. Ambing depan secara teori memiliki produksi 40 % dari total produksi sedangkan ambing bagian belakang memiliki 60 % dari total produksi hal ini terlihat dari bentuk ambing ternak perah yang besar bagian belakang dibandingkan dengan ambing Depan,  sedangkan pada ambing sapi yang di BIB banyumulek berbanding terbalik baik dari segi bentuk maupun produksi susu jika dibandingkan dengan teori.
















BAB  IV
Kesimpulan dan saran
A.KESIMPULAN
      Adapun kesimpulan yang dapat diambil antara lain;
·         Bentuk Ambing yang ada di BIB banyumulek memiliki skor ambing yang kurang baik karena  disbanding kan dengan ambing berdasarkan teori
·         Terdapat  seekor sapi perah yang  ambingnya diduga  terkena mastitis.
·         Persik 4 diduga memeiliki putting ekstra.
     B.SARAN
·         Diharapkan untuk semua yang praktikum membawa peralatan praktikum yang disuruh.
·         Diharapkan semua praktikum melakukan praktikum dengan baik dan benar


























BAB V
Daftar Pustaka
·         Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
·         Soebronto, A. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta



























ACARA IV
PENENTUAN UMUR DAN PERIODE LAKTASI PADA SAPI PERAH
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Penentuan umur sapi perah sangat perlu dilakukan, baik sapi yang kita inginkan untuk dijadikan sebagai induk muda (pertama melahirkan) atau umur sapi yang akan kita afkirkan. Karena produksi sapi juga berpengaruh terhadap umur dari ternak sapi itu sendiri.                                      .
         Produksi susu sapi perah akan memuncak pada saat berumur 7 – 8 tahun dan selebihnya itu produksi susu akan menurun secara perlahan. Sehingga semakin tua umur sapi perah, maka produksi susu akan semakin rendah. Pada saat demikian, untuk tidak menghabiskan biaya, maka lebih baik kita jual atau kita ganti dengan ternak yang muda dengan produksi susu yang tinggi. 
 Bedasarkan tahap pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo incosors = DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur tertentu.                                                             .
     Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu  dipraktikan kepada Agar mahasisiwa dapat  menentuan umur seekor ternak dengan melihat perubahan pada gigi ternak tersebut  sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia.












B.Tujuan dan kegunaan praktikum
a)      Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah antara lain;
Ø  Untuk mengetahui cara penentuan umur dengan melihat atau pemeriksaan gigi seri
Ø  Untuk melihat korelasi antara umur sapid an periode laktasinya.
Ø  Untuk menerapkan pelajar yang sudah didapat dikuliah
Ø  Untuk mengetahui periode laktasi sapi PFH di BIB Banyumulek
b)      Kegunaan praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah antara lain
Ø  Sebagai pengetahuan awal dalam pengenalan ilmu biologi laktasi
Ø  Sebagai pengalaman dalam beternak
Ø  Sebagai penunjang nilai kuliah biologi laktasi
Tempat dan Tanggal Praktikum
e)      Tempat Praktikum.
Praktikum ini dilaksanakan di BIB Banyumulek Lombok barat
f)       Tanggal Praktikum.
Paraktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 – Mei Tahun 2012
           














BAB II
TINJAUANPUSTAKA
Gigi merupakan bagian yang berada di rongga mulut yang berguna untuk mengunyah makanan. Ternak juga sama halnya dengan manusia, yaitu mempunyai gigi yang membantu dalam proses pencernaan pakan.
(Sastramidjoyo et al, 1982). Mengemukakan bahwa Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.. Yang paling tepat adalah dengan meilhat catatan kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam praktek, lebih-lebih terhadap ternak rakyat, hanya untuk sapi-sapi perah perusahaan dan babi sebagian besar ada catatan kelahiran itu. Dengan melihat pertumbuhan tanduk lebih sukar dilakukan dan sulit untuk percaya hasilnya, yang paling umum digunakan sebagai alat untuk menentukan umur pada kuda, sapi, kerbau dan domba atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena pertumbuhan, pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur tertentu dan tiap jenis ternak agak serupa sehingga mudah diikuti dan hampir dapat dipercaya kebenarannya
Menurut (Poespo,1965). Semakin tua umur ternak, bentuk keterasahan gigi menjadi semakin lebar. Bertambahtuanya umur ternak berpengaruh terhadap jarak antargigi. Semakin tua umur tenak, jarak antargigi seri permanen semakin longgar atau renggang. Kondisi keterasahan dan kerenggang gigi seri juga menjadi pedoman untuk menentukan umur ternak (Colyer,1990). Menyatakan Ukuran gigi ternak ruminansia ditentukan secara genetik dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan mahkota gigi dipengaruhi pakan maternal. Gigi ternak ruminansia berkembang dalam suatu deretan unit dalam bidang morfogenik yang berkesinambungan. Setiap unit berkembang dengan cara tertentu menurut posisinya pada bidang morfogenetik, Bidang tertentu mengalami diferensiasi ke wilayah yang berhubungan dengan pembentukan gigi seri, gigi premolar, dan gigi molar
Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Pada pedet terasahnya gigin tidak seberapa karena makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada sapi dewasa terasahnya lebih banyak karena pakannya dalam bentuk keras (Poespo, 1986)
Masa laktasi dimulai sejak sapi itu  berproduksi sampai masa kering tiba. Dengan demikian, masa laktasi berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari, setelah dikurangi hari-hari untuk berproduksicolustrum.
Dengan demikian semasa laktasi yang berlangsung 309 hari diawali dengan produksi colustrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa berlangsung selama 305 hari. Akan tetapi produksi susu dawali dengan volume yang relative rendah, kemudian sedikit demi sedikit meningkat sampai bulan kedua, dan mencapai puncaknya pada bulan ketiga. Selanjutnya setelah melewati bulan ketiga produksi mulai menurun sampai masa kering. Menurunnya produksi air susu dalam masa laktasi ini akan diikuti dengan peningkatan kadar lemak di dalam air susu. Dilihat dari segi produksi susu, seekor sapi perah dapat dianggap mencapai kedewasaan produksi kira-kira umur lima tahun. Antara periode 5 s/d 10 tahun, volume produksi susu dalam suatu masa laktasi tidak banyak mengalami perbedaan yang mencolok. Pada periode tersebut produksi susu tertinggi dicapai pada saat sapi telah mencapai umur 7-8 tahun.
Setelah sapi mencapai umur 10 tahun, produksi susu mulai berkurang, bahkan kadang-kadang diikuti adanya kesulitan-kesulitan dalam melahirkan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi pengganti sebagai usaha untuk peremajaan.
sepanjang hidup seekor sapi perah mengalami beberapa kali masa produksi atau masa laktasi. Dalam tiap masa produksi terbagi dalam beberapa periode persiapan kawin (service periode), periode kebuntingan (gestation period), perio9de kering kandang (dry period) dan periode laktasi (lactation period). Keseluruhan periode tersebut beraeda dalam satu kurun waktu dair sejak beranak sampai ke beranak kembali yang disebut calving interval.
Apabila diberi makanan yagn baik, sapi dara akan mencapai berat yagn cukup untuk dikawinkan pada umur 15 bulan, sehingga pada umur 2 tahun sudah dapat melhirkan anak pertama. Namun peternak ada yagn mengawinkan sapi daranya pada umur 26-28 bulan, sehingga baru beranak pada umur 3 tahun. Petenak demikian praktis akan mengluakan biaya yagn lebih banyak sebelum sapi tersebut berproduksi(Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah,



BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A.Materi Praktikum
Alat-alat Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
*      Skop untuk membersihkan kandang sapi perah
*      Arco untuk mengangkat kotoran kepembuangan
*      Selang untuk membersihkan kandang dan sapi
*      Sikat untuk membersihkan sapi
*      Sapu lidi untuk menyapu kandang sapi
*      Kamera untuk mengambil foto pada saat kegiatan praktikum
*      Tangan untuk membuka mulut ternak
*      Tali untuk mengikat ternak

B.Bahan praktikum dilapangan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
·         Gigi Sapi perah PFH (Melati 4)
·         Gigi Sapi perah PFH (Persik 4)
·         Gigi Sapi Perah (Sedap Malam 5)

B.     Metode praktikum dilapangan
Adapun metode yang digunakan dalam praktikumk ini adalah
·         Membersihkan kandang dan memandikan sapi sekaligus membuang kotorannya ke lapangan
·         Mengelus elus badan ternak tersebut agar ternak tenang kemudian perlahan pegang tali yang terikat dihidungnya,lalu pelan pelan masukkan tangan kedalam mulut sapi



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A      . hasil praktikum.

No
Nama sapi
Umur
Kelahiran
Periode laktasi
Masa laktasi
1
Melati 4
3 – 3 ½ thn
2 kali
2
5
2
Persik 4
3½ -4½ thn
2 kali
2
5
3
Sedap Malam 5
3 ½ -4 ½ thn
1 kali
1
13

            Dari hasil praktikum yang didapat terdapat tiga ekor sapi dengan umur yang berbeda yaitu sapi yang umurnya 3- 3 ½ thn yaitu terdapat tiga pasang gigi yang sudah berganti, sebanyak dua ekor dan sapi yang berumur 3 ½ - 4 ½ thn atau semua gigi sudah berganti,satu ekor dari data ini dengan mengetahui umur suatu ternak kita dapat menentukan berapa periode laktasi sapi tersebut dengan demikian umur sapi mempunyai korelasi dengan jumlah periode laktasinya dengan mengetahui umur maka dengan secara tidak langsung kita dapat mengetahui periode laktasinya.
            Pada sapi  1 dan 2 mempunyai umur yang sama dan kelahiran sama ,periode laktasi yang sama dan masa laktasi yang sama hal ini bias bersamaan karena pertumbuhannya bagus dan mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan sehinggadapat bereproduksi dengan baik,sedangkan pada sapi 3 yang seharusnya mempunyai anak lebih bannyak dibandigkan dua sapi yan g diatas tetapi kenyataannya tidak demikian malah baru memasuki periode laktasi pertama dan buru satu kali melahirkan,hal ini terjadi karena, menurut cerita yang dipaparkan oleh petugas yang bersangkutan hal itu terjadi karena induk api tersebut pada masa pedetnya asupan gizinya tidak terpenuhi karena induknya mati sehingga susu yang seharusnya didapat tidak didapat sehingga pertumbuhannya terganggu dan perkawinannya terhambat sehingga sapi tiga hanya buru dapat breproduksi sekali






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A)    Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa;
§  Untuk mengetahui periode laktasi dapat dilakukan dengan cara mengetahui umur ternak tersebut dan dapt ditanyakan pada petugas setempat
§  Perawatan yang baik sangat menentukan majunya pertumbuhan ternak tersebut untuk mencapai periode laktasi pertamanya.
§  Satu periode laktasi sama dengan 10 masa laktasi
§  Menentukan umur sapi dapat dilakukan dengan cara melihat gigi pada ternak tersebut
§  Terdapat 2 ekor sapi yang masa laktasinya sama.
B)    Saran
Sarannya untuk praktikum ini adalah antara lain;
§  Harus mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktkum dengan benar dan matang.
§  Melakukan praktikum dengan serius .
§  Datang tepat waktu ke tempat praktikum
§  Belajar sebelum praktikum.



















BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Colyer, JF. 1990 Variations and Diseases of the Teeth of Animal. Cambridge University
Press. Cambridge.
Poespo, 1986. Ilmu makanan ternak dasar. UGM press . Yogyakarta.
Poespo, S.1965. Pengetahuan tentang Umur Hewan/Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan, UGM. Yogyakarta
Sastramidjoyo et al, 1982. penentuan kualitas kandang yang baik bagi ternak. Penerbit karya anda, Surabaya.
Staf Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980. Ilmu Produksi Ternak Perah. Universitas Padjadjaran : Bandung.