LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI LAKTASI

OLEH :
MOH.YUDIONO
PUTRA
B1D 010 026
ILMU PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2012
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum Biologi Laktasi ini Pada dasarnya laporan ini
berisi tentang : Cara pemerahan dan pengukuran produksi susu, Identifikasi
ambing dan Penentuan umur ternak dengan cara melihat dan memperhatikan
perubahan gigi permanent ternak, penentuan masa laktasi ternak dan periode
laktasi dengan sistem bertanya kepada petugas
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak Dosen pembimbing, yang telah membimbing kami baik dalam
pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan laporan praktikum Biologi Laktasi
ini. Sehingga laporan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.
Kami
juga menyadari, bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
berharap kritik dan saran baik dari Bapak Dosen Pembimbing, maupun dari teman-teman
yang bersifat membangun dan membantu kesempurnaan laporan ini. Semoga Tuhan
yang maha kuasa melimpahkan rahmat-nya bagi kita semua.
Mataram, 30 Mei 2012
Penyusun.
DAFTAR
ISI
ACARA I : Membersihkan kandang dan memandikan sapi perah
PENDAHULUAN 1
a. Latar Belakang
b. Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
a. Materi Praktikum
b. Metode Praktikum
c. Tempat Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
b.
Saran
ACARA II : Cara
Pemerahan Dan Pengukuran Periode Susu Tiap tiap Kuartir Ambing Depan Dan
Belakang
PENDAHULUAN 1
c. Latar Belakang
d. Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
d. Materi Praktikum
e. Metode Praktikum
f. Tempat Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
c. Kesimpulan
d.
Saran
ACARA III : Pengamatan
dan identifikasi ambing sapi yang baik dan tidak baik
PENDAHULUAN 1
e. Latar Belakang
f. Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
g. Materi Praktikum
h. Metode Praktikum
i.
Tempat
Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
e. Kesimpulan
d.
Saran
ACARA IV : Penentuan
umur , Masa laktasi Dan Periode laktasi
PENDAHULUAN 1
g. Latar Belakang
h. Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
j.
Materi
Praktikum
k. Metode Praktikum
l.
Tempat
Dan Tanggal Praktikum
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
f. Kesimpulan
d. Saran
Acara I
Membersihkan dan
Memandikan Sapi Perah
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Sapi perah merupakan salah
satu ternak penghasil susu yang cukup tinggi, untuk mendapatkan produk
susu yang tinggi perlu diperhatikan
manajemen pemeliharaan dari sapi perah. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun
terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini terus
didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk
memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan ternak perah, khususnya
sapi perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari
tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan
susu secara nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah.
Salah satu paktor yang sangat mempengaruhi
keberhasilan usaha beternak Sapi perah
yaitu paktor kebersihan, terutama kebersihan lingkungan baik itu
kebersihan kandang maupun kebersihan ternak itu sendiri. Lingkungan yang tidak
bersih dan kotor dapat mengganggu aktivitas ternak dan juga dapat menimbulkan
bibit penyakit terutama pada saat
pemerahan susu pada Sapi perah. Memandikan ataupun membersihkan kambing perah
secara rutin sebelum melakukan pemerahan merupakan suatu hal yang sangat
penting dilakukan dalam pemeliharaan kambing perah selain kambing perah kelihatan bersih dan merasa nyaman juga dapat mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap air susu pada saat melakukan pemerahan akibat kotoran yang
melekat pada tubuh ternak tidak dibersihkan.selain itu kondisi tubuh yang tidak
bersih dapat menimbulkan penyakit pada ternak itu sendiri karena kuman maupun
bakteri dapat berkembang pada kondisi lingkungan yang kurang bauk.
oleh
sebab itu membersihkan atau memandikan Sapi Perah sangat perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya suatu penyakit yang dapat menurunkan produktivitas ternak dalam
praktikum ini kebersihan dilakukan dengan cara membersihkan kandang dan
memandikan sapi perah dengan menggunakan Air dengan tujuan untuk mengurangi datangnya bakteri yang menyebabkan
parasit serta mengurangi amoniak, lantai kandang juga dibersihkan agar ketika
memerah susu berada dalam keadaan steril.
.
B.tujuan dan kegunaan praktikum
a).Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari prakrikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Agar mahasiswa dapat mengetahui cara melakukan
perawatan Sapi Perah baik membersihkan maupun memandikan
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari
memandikan atau memebersihkan Sapi Perah serta mengetahui dampak yang akan
terjadi bilamana kegiatan tersebut tidak dilakukan
b). Kegunaan
Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah
1.. Mahasiswa bisa mengetahui secara praktis tentang
bagaimana cara menejemen sapi betina
dewasa
2.. Diharapkan kepada mahasiswa, setelah
melakukan praktikum ini agar bisa menerapkan dimasyarakat guna memberi solusi
yang ada dimasyarakat, mahasiswa juga bisa menemukan serta memahami cara
menangani kendala-kendala yang ada pada peternakan
Tempat dan Tanggal Praktikum
a)
Tempat
Praktikum.
Praktikum ini
dilaksanakan di BIB Banyumulek Lombok barat
b)
Tanggal
Praktikum.
Paraktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 26 – Mei Tahun 2012
BAB II
Tinjauan Pustaka
Membersihkan lantai kandang sapi
perah
Eday, dkk (1981) menyatakan bahwa untuk
meningkatkan produktifitas ternak antara lain dapat dilakukan dengan
peningkatan satu atau beberapa aspek tatalaksana pemeliharaan seperti
kebersihan kandang dan lingkungan, pengaturan perkawinan, perbaikan
makananserta cara pemberiannnya
Dalam
teori pemerahan, hal –hal yang pertama dilakukan sebelumnya adalah membersihkan
lantai kandang. Ini dilakukan supaya dalam melakukan aktivitas pemerahan, susu
yang diperoleh tetap dalam keadaan steril, karena susu mengandung zat yang
dapat dengan mudah menyerap bau yang ada di sekitarnya. (Widodo, 1979). Lantai
kandang yang baik, sangat berpengaruh pada ternak itu sendiri, seperti drajat
kemiringan lantai, kelicinannya, dan kebersihannya.
Membersihkan atau mamandikan sapi perah
Sapi perah sebaiknya
dimandikan dua kali sehari, sapi dimandikan setelah kandang dibersihkan dan
sebelum pemerahan susu. Beberapa penyakit biasa menyerang sapi, antara lain
antraks, penyakit
mulut dan kaki (PMK), penyakit ngorok (mendengkur) atau penyakit Septichaema
epizootica, dan penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot).
Penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan memberikan vaksinasi dan menjaga
kebersihan kandang ( Anonym,2010).
Pemandiaan sapi perah sangat
perlu dilakukan agar susu yang dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut
yang rontok dan agar sapi tetap sehat karena respirasi kulitbaik sehingga
metabolisme akan baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari
untuk menghilangkan rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar ambing
kaki belakang serta bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur agar mudah
dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel sehingga takmengotori susu dan
air cukup dimandikan agar lebih bersih
dan segar (Arif,2009).
Tujuan membersihkan badan sapi yaitu, a) menjaga
kesehatan sapi agar bakteri maupun kuman-kuman tidak berinfeksi dan juga
pengaturan suhu badan serta peredaran darah tidak terganggu, b) menjaga
produksi susu agar bisa selalu stabil, c) menghindarkan bulu-bulu sapi yang
rontok ke dalam air susu yang kita perah (Muljana, 1985).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A.
Materi
Praktikum
1.
Alat-alat
Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
v Skop untuk membersihkan kandang sapi
perah
v Arco untuk mengangkat kotoran
kepembuangan
v Selang untuk membersihkan kandang
dan sapi
v Sikat untuk membersihkan sapi
v Sapu lidi untuk menyapu kandang sapi
v Kamera untuk mengambil foto pada
saat kegiatan praktikum
2.
Bahan
praktikum dilapangan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut
v
Sapi
perah PFH (Melati 4)
v
Sapi
perah PFH (Persik 4)
v
Sapi Perah (Sedap Malam 5)
B.Metode praktikum
dilapangan
Adapun metode yang digunakan dalam
praktikumk ini adalah:
Ø
Menyiapkan alat untuk membersihkan kandang dan
memandikan sapi perah
Ø
Membersihkan kotoran yang ada dikandang
menggunakan air, sapu, sekop hingga bersih
Ø
Memandikan sapi perah dengan air sambil menyikat
bagian luar tubuh sapi hingga bersih.
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
Membersihkan lantai kandang
Membersihkan lantai kandang
adalah suatu kegiatan rutin yang dilakukan oleh petugas kebersihan di BIB
Banyumulek. Begitupun dengan Mahasiswa yang sedang melakukan praktikum. mereka membersihkan kandang pada
saat mulai praktikum. membersihan kandang ini bertujuan agar kandang tidak
kotor tentunya, tidak ada bakteri yang menyebabkan penyakkit, serta agar sapi
dan orang-orang yang masuk kekandang terutama mahasiswa yang praktikum merasa
lebih nyaman.
Kegiatan ini dilakukan setiap
hari oleh mahasiswa. karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan sapi,
sehingga perlu dibersihkan. Jika kandang terlalu kotor, maka kandang akan mendatangkan berbagai macam bakteri dan virus yang
menyebabkan atau membawa penyakit yang mengakibatkan berkurangnya produksi
maupun produktivitas pada ternak.
Sehingga kandang sangat perlu
dibersihkan setiap hari, kalau tidak dibersihkan setiap hari, kotoran ternak
sapi akan menumpuk didalam kandang yang mendatangkan banyak bakteri serta bau
kandang sapi sangat menyengat karena kandungan amoniak pada kandang sapi
terlalu tinggi dari kotorannya. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan
menyebabkan sapi perah akan menjadi stress.
Dalam teori pemerahan, hal
–hal yang pertama dilakukan sebelumnya adalah membersihkan lantai kandang. Ini
dilakukan supaya dalam melakukan aktivitas pemerahan, susu yang diperoleh tetap
dalam keadaan steril, karena susu mengandung zat yang dapat dengan mudah
menyerap bau yang ada di sekitarnya. (Widodo, 1979). Lantai kandang yang baik,
sangat berpengaruh pada ternak itu sendiri, seperti drajat kemiringan lantai,
kelicinannya, dan kebersihannya.
Gambar 1. Contoh gambar
penumpukan kotoran sapi perah didalam kandang yang tidak di bersihkan
![]() |
|||
![]() |
Seperti yang terlihat pada
gambar diatas, kandang yang banyak memiliki kotoran yang banyak dapat
mengganggu aktivitas petugas atau mahasiswa termasuk aktivitas pemerahan.
Akantetapi kandang yang sudah
bersih akan telihat indah, bersih, aktivitas petugas lancer, mengurangi
datangnya penyakit, mengurangi amoniak didalam kandang sehingga sapi pun tidak
stress. Bersihnya lantai kandang akan sangat mendukung terhadap tingkat
produksi maupun produktivitas sapi perah. karena akan berkaitan dengan keadaan
lingkungan. sementara setiap ternak termasuk sapi yang mempengaruhi tingkat
produksi maupun produktivitasnya adalah gen serta lingkkungan. Kondisi
lingkugan yang baik sesuai dengan kondisi ternak, akan sangat mempengaruhi
tingkat produksi maupun produktivitas ternak yang positif. tidak terlepas dari
kandang yang bersih, sehingga
kandang perlu dibersihka
|
||||
|
||||
Gambar 2. Membersihkan kandang
|
Sapi perha harus dimandikan setiap hari, agar ternak selalu bersih dan
sehat. Karena jika ternak tidak dimandikan akan banyak bakteri yang menyebabkan
penyakit menempel ditubuh ternak sapi perah. Selain itu juga untuk mengurangi
penyakit mastitis pada ambing sapi perah.


Gambar 3. Memandikan
Sapi Perah
Kebersihan terhadap sapi perah sangat perlu diperhatikan. Sapi perah
adalah ternak yang sangat sensitive terhadap penyakit, terutama penyakit
masitits. Sehingga kesehatan dan kebersihan sapi perah perlu diperhatikan.
Untuk mengurangi resiko penyakit sapi perah tersebut, salah satu caranya adalah
dengan memandikannya. Selain mengurangi resiko penyakit memandikan sapi perah
juga bertujuan untuk menjaga kebersihan air susu sapi perah pada saat diperah.
Dengan cara dimandikan, kebrsihan air susu sapi perah akan tetap terjaga. Pemandiaan sapi perah sangat perlu
dilakukan agar susu yang dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok
dan agar sapi tetap sehat karena respirasi kulitbaik sehingga metabolisme akan
baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari untuk menghilangkan
rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar ambing kaki belakang serta
bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur agar mudah dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang menempel sehingga takmengotori susu dan air cukup dimandikan agar lebih bersih dan segar
(Arif,2009).
BAB V
Kesimpulan dan saran
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum tersebut adalah :
Ø Membersihkan kandang merupakan kegiatan
yang harus dilakukan agar kandang selalu dalam keadaan bersih sehingga ternak
maupun petugas selalu merasa nyaman dan ternak terhindar dari penyakit.
Ø Memandikan sapi perah merupakan tindakan
yang dilakukan dalam peroses pemerahan agar susu yang diperah tetap steril.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
ü Diharapkan pada mahasiswa yang
melakukan praktikum ini melakukannya dengan baik dan benar karena banyak data
yang harus di cari
ü Mengharuskan untuk membawa peralatan
praktikum agar memudahkan dalam melaksanakan praktukum ini.
ü Harus menyiapkan persiapan semtang
matangnya sebelum melakukan praktikum.
BAB VI
Daftar Pustaka
AAK, 1995. Petunjuk
Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisisus : yogyakarta.
Anonim, 2010. http://betcipelang.info/pemeliharaan-ternak/pedet.html
Syarief, M. Z dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak
Perah. C.V. Yasaguna, Jakarta .
Acara II
Cara Pemerahan Dan Pengukuran Periode Susu
Tiap tiap Kuartir Ambing Depan Dan Belakang
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Sapi perah merupakan salah
satu ternak penghasil susu yang cukup tinggi, untuk mendapatkan produk
susu yang tinggi perlu diperhatikan
manajemen pemeliharaan dari sapi perah. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun
terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini terus
didorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk
memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan ternak perah, khususnya
sapi perah, perlu mendapatkan pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari
tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan
susu secara nasional sebagian besar dipenuhi dari sapi perah.
Prodoksi susu sapi perah sangat tinggi dan cara pemerahan hurus hati hati
dan pelan pelan agar tidak mencederai ambing sapi tersebut karena ambing sapi
sangat sensitip terhadap rangsangan,sebelum melakukan pemerahan harus disiapkan
terlebih dahulu alat alat yang akan digunakan dan kandang dan sapi harus di
mandikan terlebih dahulu agar bersih karena air susu sangat sensitive terhadap
debu atau kotoran lainnya sehingga lingkungan sekitar harus di sterilkan
terlebih dahulu,
Cara
cara pemerahan terus berkembang karena diliat potensi sapi perah untuk
menghasilkan susu semakin tinggi sehingga harus ada alat yang mebantu dalam
pemerahan seperti; Langkah-Saver susu transportasi , pemerahan pipa, vakum ember pemerahan akan
terus berkembang karena sapi perah terus dikembangkan untuk memproduksi air
susu yang melimpah agar peternak tidak kewalahan untuk memerah air susu yang
dihasilkan.dianjurkan utuk memberikan pakan yang berupa konsentrat pada sebelum
pemerahan agar dapat membantu proses pemerahan dan susu yang dihasilkan banyak.
Menurut Prihadi (1996), proses pemerahan yang baik harus menunjukkan ciri -
ciri sebagai berikut: pemerahan dilakukan dalam interval yang teratur, cepat,
dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, menggunakan
prosedur sanitasi, efisien dalam penggunaan tenaga kerja. Pemerahan dimulai
pada kedua putting sebelah muka bersama-sama sampai habis kering, kemudian pada
kedua putting sebelah belakang
Ambing juga sangat perludiperhatikan dan dirawat
dengan baik agar tedik tirjangkit mastitis yang dapaat mengurangi produksi sapi
tersebut dalam satu ambing sapi dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian depan
kanan , depan kiri,belakang kanan dan belakang kiri dan masing masing memiliki
kemampuan menampung susu yang berbeda beda karena susu sapiperah menyerupai
perahu dan lebih besar bagianbelakang,sehingga produksi susu ambing belakang
lebih tinggi dibandingkan poduksi ambing depan
sehingga terlhat ambingbagian belakang lebih besar dan persentasi penampungannya
yaitu 60% belakang berbanding 40%
depan,untuk mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka prtlu dilakukan praktikum
tentang sapi perah cara pemerahannya dan pengamatan produksi susu perkuartir
nya untuk menjelaskan hasil kuliah dikelas.
B.tujuan dan kegunaan praktikum
a) Tujuan praktikum
Adpun tujuan dari praktikum ini
adalah antara lain;
Ø
Untuk
mengetahui car pemeran dan hal hal yang hurus dikerjakan sebelum pemerahan
dilakukan
Ø
Untuk
mengetahui cara pemerahan yang baik menggunakan tangan
Ø
Untum
mengetahui jumlah produksi susu per kuartir
Ø
Mengetahui
jumlah perbandingan antara ambing belakang dan ambing depan
b) Kegunaan
Adapun kegunaan dari praktikum
ini adalah;
Ø
Sebagai
penunjang dalam pemelajaran
Ø
Untuk
mencakupi persyaratan dalam kuliah biologi laktasi
Ø
Sebagai
pembelajaran awal dan agar dap dikembangkan
Tempat dan Tanggal Praktikum
c)
Tempat
Praktikum.
Praktikum ini
dilaksanakan di BIB Banyumulek Lombok barat
d)
Tanggal
Praktikum.
Paraktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 26 – Mei Tahun 201
BAB II
Tinjauan pustaka
Persistensi produksi susu sangat
dipengaruhi keseimbangan tiga homon, yaitu prolactin, thyroxine dan growth
hormone. Apabila salah satu atau lebih, hormonyang disekresikan lebih kecil
dari rata-rataoptimal, akan berpengarh terhadap persistensi. Untuk meningkatkan
produksi susu selama laktasi, peternak dapat melakukan seleksi sapi mereka
dengan memilih sapi-sapi selain puncak produksinya tertinggi, juga dipilih
persistensi yang bagus, ( Campbell, 1975 ).
Sapi
perah yang berproduksi susu selama laktasi rendah, puncak produksi dicapai lebih
awal, dan penurunan produksi lebih lambat dari pada sapi yang produksi susunya
selama laktasi lebih tinggi. Puncak produksi susu (peak) setelah beranak
bervariasidari 20 sampai 100 pound. ( Campbell dan Marshall, 1975 ).
Air susu adalah air susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor sapi
atau lebih secara teratur, terus-menerus, tanpa dicampur, dikurangi atau
ditambah apapun serta mempunyai Berat Jenis minimal 1,027 pada temperatur 27,5
derajat dan kadar lemak 2,8 persen (Sindoeredjo, 1960).
(Sudono
2003).Menyatakan Pada umumnaya pemerahan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada
pagi dan sore hari. Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah air susu yang
dihasilkan. Jika jarak sama, yaitu 12 jam jumlah air susu yang dihasilkan pada
pagi dan sore akan sama. Namun jika lama jarak pemerahan tidak sama, jumlah air
susu yang dihasilkan pada sore hari lebih sedikit dari pada air susu yang
dihasilkan pada pagi hari.
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dihasilkan dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya
Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih. Tahapan-tahapan pemerahan harus dihasilkan dengan benar agar sapi tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya
Produksi susu yang rendah di daerah tropis, disebabkan oleh interaksi dari
faktor iklim, penyakit, pengembangbiakan, pemberian
makanan dan pengelolaan, dan kepentingannya bervariasi secara relatif dari
negara satu ke negara lain dan dari satu daerah ke daerah lain dalam satu
negara (Williamson dan Payne, 1993).
Tujuan
dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya
(Williamson dan Payne, 1993). Menurut Prihadi (1996), proses pemerahan yang
baik harus menunjukkan ciri - ciri sebagai berikut: pemerahan dilakukan dalam
interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan
sampai tuntas, menggunakan prosedur sanitasi, efisien dalam penggunaan tenaga
kerja. Pemerahan dimulai pada kedua putting sebelah muka bersama-sama sampai
habis kering, kemudian pada kedua putting sebelah belakang (Syarief dan
Sumoprastowo, 1990). Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
pemerah (“milking machine”) atau dengan tangan (“hand milking”) (Prihadi,
1996). Metode pemerahan dengan tangan terdiri dari 3 metode, yaitu metode
“whole hand, knevelen dan strippen” (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).



(Asih,2004). Menyatakan bahwa, Setiap hari
sapi harus dibersihkan,dan disikat pada saat memandikan sapi,terutama pada saat
menjelang memerah susunya. Di samping harus disikat sewaktu-waktu rambut
panjang disekitar lipat paha dan ambing perlu dicukur agar mudah dibersihkan
dari kotoran yang menempel. Tujuan utamanya yaitu agar air susu yang dihasilkan
benar-benar bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok,disamping itu untuk
menjaga agar sapi tetap sehat karna respirasi kulit sapi dapat berlangsung
secara baik dan lancar sebagai respon dari metabolosme tubuh yang baik.
Rangsangan
terhadap ambing sebelum dan selama pemerahan akan mempengaruhi produksi dan
komposisi air susu. Suatu rangsangan yang menyenagkansepertitindakan tindakan
yang tidak menyakitkan, mengejutkan, menimbulkan rasa nyaman dan tenang,akan
memudahkan ambing melepaskan air susu. Sebaliknya tindakan-tindakan yang
menimbulkan stress akan menimbulkan hambatan dalamproses pemerahan. Sehingga
air susu dalam ambing tidak terperah sempurna,dalam ambing masih banyak
tertinggal susu. Peristiwa ini akan mengakibatkan sekresi air susu berikutnya
terhambat,dan bahkan mengakibatkan kemerosotanproduksi yang permanent untuk seluruh
masa laktasi (AAK,1982).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A.Materi
Praktikum
Alat-alat
Praktikum di Lapangan
Adapun alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø Saringan untuk menyaring susu
Ø Literan Susu untuk menakar susu
Ø botol pocari sweat 350ml untuk
menampung air susu
Ø Ember untuk mengambil pakan konsentrat
sapi perah
Ø Kamera untuk mengambil foto pada
saat kegiatan praktikum
Bahan
praktikum dilapangan
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut
·
Sapi
perah PFH (Melati 4)
·
Sapi
perah PFH (Persik 4)
·
Sapi
Perah (Sedap Malam 5)
B.Metode praktikum
dilapangan
Adapun metode yang digunakan dalam
praktikumk ini adalah
Ø Mempersiapkan alat alat dan bahan
yang akan digunakan
Ø Memerah ambing susu sapi perkuartir
dengan cara manual kemudian mencatat jumlah produksi susu per kuartir
Ø Memasukkan susu kedalam botol
sebagai sampel laboratorium
Ø Memberikan lebel atau tanda pada
botol sampel
”.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil praktikum
. Tabel Produksi Susu
Sapi Perkuartir Pada Sapi Perah FH di BIB Banyumulak
No.
|
Nama Sapi
|
Tanggal Melahirkan
|
Produksi susu perkuartir (liter)
|
Total
Prod. susu
|
Total prod. Susu (%)
|
Umur (Tahun)
|
Laktasi
|
||||||||
Depan
|
Belakang
|
Periode
|
Masa
|
||||||||||||
Kanan
|
kiri
|
Jml
|
Prod. susu(%)
|
Kanan
|
kiri
|
Jml
|
Prod. Susu(%)
|
||||||||
1
|
Melati 4
|
27/12/2011
|
1720
|
1350
|
2620
|
51,58
|
1360
|
1060
|
2420
|
48,02
|
5040*
|
100
|
3-3,5
|
II
|
5
|
2
|
Persik 4
|
23/12/2011
|
1100
|
1000
|
2100
|
47,62
|
1160
|
1150
|
2310
|
52,38
|
4410
|
100
|
3,5-4,5
|
II
|
5
|
3
|
Sedap malam 5
|
24/04/2011
|
950
|
780
|
1730
|
57,10
|
1300
|
mastitis
|
1300
|
42,90
|
3030
|
100
|
3,5-4,5
|
I
|
13
|
B.Pembahasan
Dalam memerah susu sapi perah harus mempelajari
tekniknya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk tidak membuat sapi menjadi
stres jika diperah serta dapat menjaga produksi susu tetap stabil. Pemerahan
yang dilakukan di BIB banyumulek rata-rata memiliki produksi susu yang masih
rendah. Karena. factor yang mempengaruhi terhadap pengingkatan produksi susu
tidak stabil atau kurang mendukung terhadap peningkatan produksi susu
sebagaimana dijelaskan oleh Williamson
dan Payne (1993) bahwa
produksi susu yang rendah di daerah
tropis, disebabkan oleh interaksi dari faktor iklim, penyakit, pengembangbiakan, pemberian
makanan dan pengelolaan, dan kepentingannya bervariasi secara relatif dari
negara satu ke negara lain dan dari satu daerah ke daerah lain dalam satu
negara.
Berdasarkan
Tabel diatas menunjukkan bahwa produksi susu dari ke 3 sapi perah yang di perah di Banyumulek memiliki
jumlah produksi yang berbeda beda dan diantara ke 3 sapi perah tersebut yang
memiliki produksi yang cukup tinggi adalah sapi melati 4 yakni dengan total
produksi susu berkisar 5040 ml, selanjutnya persik 4 dengan total produksi susu
4410 kemudian yang terendah adalah sedap malam 5 dengan total produksi susu
3030. Secara teori Ambing Depan memiliki
produksi 40 % dari total produksi sedangkan ambing bagian belakang memiliki 60
% dari total produksi hal ini terlihat dari bentuk ambing ternak perah yang
besar bagian belakang dibandingkan dengan ambing depan. Namun sebaliknya
berdasrkan praktikum yang kami lakukan di BIB banyumulek, beberapa sapi
memiliki total produksi yang berbeda dengan teori yang ada. Yakni jumlah
produksi susu ambing deapan lebih tinggi dibandingkan ambing belakang
kemungkinan besar hal ini disebabkan karena koondisi jaringan pada ambing yang
berbeda – beda, tiap kamar memiliki system yang sama tetapi kondisinya tidak
selalu sama sehingga perlu diketahui hal – hal yang mempengaruhi system di
dalam ambing yang dapat mempengaruhi produksi susu per kwartirnya.
Kemudian sapi 2
(persik 4) sudah diperah selama dua bulan atau memasuki masa laktasi kedua
dan jumlah produksi susu totalnya yaitu
5010 dengan persentasi ambing depan dan ambng belakang 47% dan 53% dari hasil
ini bahwa sapi persik 4 mempinyai ambing yang ideal karena ambing belakang
lebih besar dan produksinya lebih banyak dibandingkan ambing depan,sehingga
sesuai dengan pedoman yang ada yaitu ambing depan lebih sedikit produksinya
dibandingkan denngan ambing belakang,
Dari kedua sapi ini memiliki
persamaan yaitu sama sama dua kali melahirkan dan sama sama memasukimasa
laktasi kedua tetapi produksi susunya berbeda,hal ini terjadi karena pada waktu
pemerahan yang kuran baik sehingga produksi susu yang dihasilkan berbeda dan
dapat juga karena pengaruh pakan,kedua sapi tersebut memilki tingkat konfersi pakan
yamng berbeda sehingga produksi susunya berbeda.
Kemudian
sapi sedap malam 5,sapi ini baru melahirkan satu kali sedangkan umurnya sudah
memasuki empat tahun han ini terjadi karena sering mengalami kegagalan IB. dan pada
saat pedek kerang mendapatkan asupan gizi dan susu yang sesuai
dengankebutuhannya sehingga pertumbuhannya terhanbat sehingga waktu
perkawinaannan mundur sehingga produksi susunya terganggu.
Cara
pemerahan, hasil yang didapat dilapangan mununjukkan pemerahan masih dengan
cara tradisonal yaitu dengan menggunakan tangan dan alat sederhana sehingga
susu yang diperah tidak maksimal sedangkan ambing sapi hanya membutuhkan waktu
8menit untuk pemerahannya agar sesuai dengan itu tukang perah harus gerak cepat
agar ambingnya dapat berkontraksi dengan baik dan dapat mendapatkan susu yang
banyak dan dapat memenuhi permintaan susu segar para pelanggan,
Pada
hasil yang kami dapat jumlah produksinya diantara ketiga sampel sapi yag
digunakan sapi ini yang produksinya paling rendan yaitu 3030ml dengan persentasi
ambing depan dengan ambing belakang sekitar 60% dan 40% hal ii dipengaruhi oleh
periode laktasi dan umur yang sudah tua dan juga ambing yang tidak omplit laagi
karena ambing belakang bagan kiri diduga terkena mastitis sehingga tidak dapat
diperah kembali sehingga produksinya kurang tidak sesuai dengan yang diharapkan
sehingga persentasinya lebih sedikit dengan ambing belakang hal ini terjadi
karena pada saaat pemerahan alat yang digunakan memerah tidak disterilkan
terlebih dahulu sehingga ambing menjadi terkena bakteri yang dapat merusak
ambing dan tidak dap berproduksi lagi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan
ü Dari penjelasan dan hasil yang kami
dapat dalam praktikum ini dari tiga sapi yang digunakan sebagai sampel praktikum
hanya sapi persik 4 yang sesuai dengan
literature buku yang dipelajari yaitu jumlah produksi per kuartirnya sesuai
yaitu ambing belakang lebih banyak produksi susunya dibandngkan dengan yang
dibelakang,sedangkan sapi yang lainnya memiliki kelainan sehingga produksi susu
per kuartirnya menjadi tidak sesuai dengan sebenarnya seperti
ü Persik 5 memiliki ambing depan lebih
besar dibandingkan ambing belakang sehingga persentasi ambing depan lebih
tinggi disbanding ambing belakang.Sedangkan sapi sedap malam ambing belakang
sebelah kiri mengalami masalah yaitu terkena mastitis sehingga produksi susu
tak maksimal dan dpat mengurangi persentasi per kuartirnya.
ü Sedangkan dalam cara pemerahan,
pemeran masih dilakukan dengan tradisional dan alat yang digunakan sederhana
sehingga produksi susu yang diinginkan tidak sesuai dan tidak dapat memenuhi
permintaan konsumen
ü Jumlah produksi susu di Banyumulek
tergolong rendah.
B.Saran
ü Diharapkan pada mahasiswa yang
melakukan praktikum ini melakukannya dengan baik dan benar karena banyak data
yang harus di cari
ü Mengharuskan untuk membawa peralatan
praktikum agar memudahkan dalam melaksanakan praktukum ini.
ü Harus menyiapkan persiapansemtang
matangnya sebelum melakukan praktikum.
BAB VI
Daftar Pustaka
AAK, Petunjuk Beternak Sapi Pearh,
Kanisius, 1995
Asih, 2004. Manajemen Ternak Perah. Universitas
Mataram Press. Mataram
Hadiwiyato
S. 1982. Teknologi Uji Mutu Susu Dan
Hasil Olahannya. Liberty , Yogyakarta .
Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. An Introduction To
AnimalHusbandary in The Tropic.
Longman Group Limited,London.(Diterjemahkan : S.G.N. Dwija Darmadja).
Sindoeredjo, S. 1960. Pedoman Perusahaan Pemerahan
Susu.Direktorat
Pengembangan
Produksi. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta .
Syarief, M. Z dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak
Perah. C.V. Yasaguna, Jakarta .
ACARA III
Pengamatan Dan Identifikasi Ambing
Sapi Perah Yang Baik Dan Tidak Baik
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Ambing adalah bagian tubuh yang paling penting dalam sapi
perah karena ambing merupakan tempet produksi susu dan alat
pengeluarannya,sehingga keberadaan ambing pada sapi perah sangat perlu
dipelihara dan dijaga dengan baik agar dapat berfungsi dengan baik dan dapat
menghasilkan susu yang banyak,pertumbuhan atau perkembangan ambing,terdapat
banyak factor factor yang dapat mempenngaruhi jenis dan kualitas ambing
diantaranya ,bangsa,pakan periode laktasi masa laktasi hal ini dapat
mempengaruhi perkembangan ambing,
Bangsa, bangsa sapi perah berbeda beda sehingga ambing sapi
sapi tersebut berbeda karena berasal dari keturunan yang berbeda sehingga
kraktyer ambingnya berbeda ,kemudian pakan,pakan sangat sangat penting dalam
perkembangan ambing karena dapat mengembangkan sel sel yang terdapat pada ambing
seperti sel sel sekretori dan lain lain,
Anatomi ambing dilakukan dengan melakukan
pengamatan bagian-bagian ambing awetan sapi dara dan sapi laktasi. Hasil
pengamatan antara sapi dara dan sapi laktasi terlihat bahwa ukuran ambing sapi
dara baik panjang ambing, jarak antar puting baik depan kanan, depan kiri,
belakang kanan, dan belakang kiri lebih kecil dibandingkan dengan sapi
laktasi. Sesuai pendapat Syarif dan Sumoprastowo (1990) hal ini disebabkan
susunan penyokong ambing dara masih berupa perlemakan dan bagian-bagiannya
masih belum terlihat jelas. Kelenjar-kelenjar ambing juga belum bias
menghasilkan susu, dikarenakan sapi perah tersebut belum bunting maupun
melahirkan
B.tujuan
dan kegunaan praktikum
Tujuan dan
kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Ø Untuk
mengetahui bentuk ambing sapi perah yang baik dan tidak
Ø Untuk
mengamati perbedaan antara ambing yang satu dan yang lain
Ø Untuk
belajar menyeleksi ambinng yang baik.
Kegunaan
praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø Mahasiswa
dapat mengetahui dan meraba ternak yang terkena mastitis
Ø Mahasiswa
dapat membedakan mana ambing yang baik dan ambig yang benarpenunjang nilai mata
kuliah biologi laktasi.
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
Ambing terdiri dari 4 bagian yang masing-masing
terletak di daerah inguinal caudal dari umbilicus dan meluas ke
belakang di antara kedua paha. Pada kulitnya terdapat bulu kecuali pada
putting. Ambing terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh central ligament.
Masing-masing terdiri dari 2 kuartir, kuartir depan dan belakang dipisahkan
oleh lapisan tipis (fine membrane). Lapisan pemisah ini menyebabkan
setiap kuartir ambing berdiri sendiri terutama pada kenampakan secara
eksterior. Perbedaannya terletak pada ukuran ambing dan struktur atau anatomi
bagian dalamnya, yaitu belum sempurnanya kerja sel-sel penghasil susu
(Soebronto,1985).
Vena mammaria pada ambing sapi
laktasi tampak jelas karena sapi laktasi sudah dapat memproduksi susu.Siklus estrus yang berulang, menyebabkan
perkembangan jaringan kelenjar susu lebih cepat. Bila sapi dara telah mengalami
beberapa kali siklus estrus, maka duktusnya memperlihatakan banyak cabang dalam
ambing. Frandson (1992)
BAB III
Materi dan metode
A.Materi
praktikum
1.alat
praktikum
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Ø Alat
tulis
Ø Lembar
kerja dan gambar
Ø Kamera
2.Bahan
praktikum
Adapun
bahan dalam praktikum ini adalah
Ø Melati
4
Ø Persik
4
Ø Sedap
malam 5
Metode praktikum
Adapun metode
dalam praktikum ini adalah
Ø Metode yang
digunakan adalah mengamati ambing sapi laktasi, meliputi jaringan penggantung
ambing, bagian ambing yang terdiri atas tinggi puting, jarak puting,
panjang puting, lingkar puting serta jarak antar puting depan dan belakang,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil praktikum
Gambar Ambing sebelum dan sesudah diperah
Nama Sapi
|
Gambar sebelum diperah
|
Gambar sesudah diperah
|
Melati IV
|
![]() |
![]() |
Persik 4
|
![]() |
![]() |
Sedap Malam 5
|
![]() |
![]() |
Berdasarkan hasil pengamatan dari gambar diatas bahwa
terdapat 2 sapi yang ambingnya mengempes dengan bagus yakni sapi persik dan
melati 4 sedangkan sapi sedap malam 5 ambingnya tidak mengempes bagus setelah
diperah diduga ambing belakang sebelah kiri di duga terkena mastitis sehingga
air susunya menjadi rusak tidak layak untuk dikonsumsi, hal ini kemungkinan
terjadi karena manajemen pemeliharaan dan perawatan sapi perah di BIB
banyumulek masih kurang baik yakni ternak masih rentan terkena penyakit oleh
karena itu manajemen pemelihraan di BIB harus diperbaiki.
Table pengamatan dan identifikasi
kelainan/kerusakan/abnormalitas ambing sapi
|
|
|||||
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
No.
|
Kode/Nama Sapi
|
Ambing yang diamati
|
|
|||
Ambing Depan
|
Ambing Belakang
|
|
||||
Ambing Kanan
|
Ambing Kiri
|
Ambing Kanan
|
Ambing Kiri
|
|
||
1
|
Melati 4
|
Baik*
|
Baik*
|
Baik*
|
Baik*
|
|
2
|
Persik 4
|
Baik*
|
Baik*
|
Baik*
|
Baik*
|
|
3
|
Sedap malam 5
|
Baik*
|
Baik*
|
Baik*
|
Diduga mastitis
|
|
Darihasil praktikum yang didapat
berdasrkan table diatas ambing sapi yang ada di BIB banyumulek sangat berbeda jauh
dengan yang sebenarnya karena menurut teori Ambing sapi perah yang baik adalah
memiliki kwartir sebanyak 4 buah yang tidak saling berhubungan jaringannya.
Maksudnya dalam satu kwarter terdiri dari
system suspensory, teat, ducts and cisterns, neural system, blood
system, lympa system, internal secretory tissue yang berbeda. Sehingga apabila
satu putting terkena mastitis maka tidak akan mempengaruhi putting atau kwartir
yang lainnya. Dan memiliki 2 bagian yaitu depan dan belakang, ambing depan
lebih kecil dari ambing belakang sehingga bentuknya seperti perahu. Ambing
depan secara teori memiliki produksi 40 % dari total produksi sedangkan ambing
bagian belakang memiliki 60 % dari total produksi hal ini terlihat dari bentuk
ambing ternak perah yang besar bagian belakang dibandingkan dengan ambing Depan, sedangkan pada ambing sapi yang di BIB
banyumulek berbanding terbalik baik dari segi bentuk maupun produksi susu jika
dibandingkan dengan teori.
BAB IV
Kesimpulan dan saran
A.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
antara lain;
·
Bentuk
Ambing yang ada di BIB banyumulek memiliki skor ambing yang kurang baik
karena disbanding kan dengan ambing berdasarkan teori
·
Terdapat
seekor sapi perah yang ambingnya diduga terkena mastitis.
·
Persik
4 diduga memeiliki putting ekstra.
B.SARAN
·
Diharapkan
untuk semua yang praktikum membawa peralatan praktikum yang disuruh.
·
Diharapkan
semua praktikum melakukan praktikum dengan baik dan benar
BAB V
Daftar Pustaka
·
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah
Mada University
Press, Yogyakarta .
·
Soebronto, A.
1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta
ACARA IV
PENENTUAN UMUR DAN PERIODE LAKTASI PADA
SAPI PERAH
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Penentuan umur sapi perah
sangat perlu dilakukan, baik sapi yang kita inginkan untuk dijadikan sebagai
induk muda (pertama melahirkan) atau umur sapi yang akan kita afkirkan. Karena
produksi sapi juga berpengaruh terhadap umur dari ternak sapi itu sendiri. .
Produksi susu sapi perah akan memuncak pada saat berumur 7 – 8 tahun dan selebihnya itu produksi susu akan menurun secara perlahan. Sehingga semakin tua umur sapi perah, maka produksi susu akan semakin rendah. Pada saat demikian, untuk tidak menghabiskan biaya, maka lebih baik kita jual atau kita ganti dengan ternak yang muda dengan produksi susu yang tinggi.
Produksi susu sapi perah akan memuncak pada saat berumur 7 – 8 tahun dan selebihnya itu produksi susu akan menurun secara perlahan. Sehingga semakin tua umur sapi perah, maka produksi susu akan semakin rendah. Pada saat demikian, untuk tidak menghabiskan biaya, maka lebih baik kita jual atau kita ganti dengan ternak yang muda dengan produksi susu yang tinggi.
Bedasarkan tahap pemunculannya, gigi seri
ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri susu (deciduo
incosors = DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu
muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri
permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi
seri permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur
tertentu.
.
Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu dipraktikan kepada Agar mahasisiwa dapat menentuan umur seekor ternak dengan melihat perubahan pada gigi ternak tersebut sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia.
Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu dipraktikan kepada Agar mahasisiwa dapat menentuan umur seekor ternak dengan melihat perubahan pada gigi ternak tersebut sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia.
B.Tujuan
dan kegunaan praktikum
a) Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah antara lain;
Ø Untuk mengetahui cara penentuan umur
dengan melihat atau pemeriksaan gigi seri
Ø Untuk melihat korelasi antara umur
sapid an periode laktasinya.
Ø Untuk menerapkan pelajar yang sudah
didapat dikuliah
Ø Untuk mengetahui periode laktasi
sapi PFH di BIB Banyumulek
b) Kegunaan praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini
adalah antara lain
Ø Sebagai pengetahuan awal dalam
pengenalan ilmu biologi laktasi
Ø Sebagai pengalaman dalam beternak
Ø Sebagai penunjang nilai kuliah
biologi laktasi
Tempat dan Tanggal Praktikum
e)
Tempat
Praktikum.
Praktikum ini
dilaksanakan di BIB Banyumulek Lombok barat
f)
Tanggal
Praktikum.
Paraktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 26 – Mei Tahun 2012
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
Gigi merupakan bagian yang berada di rongga mulut yang berguna untuk
mengunyah makanan. Ternak juga sama halnya dengan manusia, yaitu mempunyai gigi
yang membantu dalam proses pencernaan pakan.
(Sastramidjoyo et al, 1982). Mengemukakan bahwa Pengetahuan
tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena
berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara.
Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian
dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording,
mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat
pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.. Yang paling tepat adalah dengan meilhat
catatan kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam praktek, lebih-lebih
terhadap ternak rakyat, hanya untuk sapi-sapi perah perusahaan dan babi
sebagian besar ada catatan kelahiran itu. Dengan melihat pertumbuhan tanduk
lebih sukar dilakukan dan sulit untuk percaya hasilnya, yang paling umum
digunakan sebagai alat untuk menentukan umur pada kuda, sapi, kerbau dan domba
atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena pertumbuhan,
pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur tertentu dan tiap
jenis ternak agak serupa sehingga mudah diikuti dan hampir dapat dipercaya
kebenarannya
Menurut (Poespo,1965). Semakin tua umur ternak, bentuk
keterasahan gigi menjadi semakin lebar. Bertambahtuanya umur ternak berpengaruh
terhadap jarak antargigi. Semakin tua umur tenak, jarak antargigi seri permanen semakin longgar atau renggang.
Kondisi keterasahan dan kerenggang gigi seri
juga menjadi pedoman untuk menentukan umur ternak (Colyer,1990). Menyatakan Ukuran
gigi ternak ruminansia ditentukan secara genetik dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan mahkota gigi dipengaruhi
pakan maternal. Gigi ternak ruminansia
berkembang dalam suatu deretan unit dalam bidang morfogenik yang berkesinambungan. Setiap unit berkembang dengan cara
tertentu menurut posisinya pada bidang
morfogenetik, Bidang tertentu mengalami diferensiasi ke wilayah yang berhubungan dengan pembentukan gigi seri, gigi premolar,
dan gigi molar
Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian
gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Pada pedet terasahnya gigin
tidak seberapa karena makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada sapi
dewasa terasahnya lebih banyak karena pakannya dalam bentuk keras (Poespo,
1986)
Masa laktasi dimulai sejak sapi itu berproduksi sampai masa kering tiba. Dengan
demikian, masa laktasi berlangsung selama 10 bulan atau kurang lebih 305 hari,
setelah dikurangi hari-hari untuk berproduksicolustrum.
Dengan demikian semasa laktasi yang berlangsung 309 hari
diawali dengan produksi colustrum 4-5 hari, sehingga produksi susu biasa
berlangsung selama 305 hari. Akan tetapi produksi susu dawali dengan volume
yang relative rendah, kemudian sedikit demi sedikit meningkat sampai bulan
kedua, dan mencapai puncaknya pada bulan ketiga. Selanjutnya setelah melewati
bulan ketiga produksi mulai menurun sampai masa kering. Menurunnya produksi air
susu dalam masa laktasi ini akan diikuti dengan peningkatan kadar lemak di
dalam air susu. Dilihat dari segi produksi susu, seekor sapi perah dapat
dianggap mencapai kedewasaan produksi kira-kira umur lima tahun. Antara periode 5 s/d 10 tahun,
volume produksi susu dalam suatu masa laktasi tidak banyak mengalami perbedaan
yang mencolok. Pada periode tersebut produksi susu tertinggi dicapai pada saat
sapi telah mencapai umur 7-8 tahun.
Setelah sapi mencapai umur 10 tahun, produksi susu mulai
berkurang, bahkan kadang-kadang diikuti adanya kesulitan-kesulitan dalam
melahirkan. Oleh karena itu perlu dipersiapkan generasi pengganti sebagai usaha
untuk peremajaan.
sepanjang
hidup seekor sapi perah mengalami beberapa kali masa produksi atau masa
laktasi. Dalam tiap masa produksi terbagi dalam beberapa periode persiapan
kawin (service periode), periode kebuntingan (gestation period), perio9de
kering kandang (dry period) dan periode laktasi (lactation period). Keseluruhan
periode tersebut beraeda dalam satu kurun waktu dair sejak beranak sampai ke
beranak kembali yang disebut calving interval.
Apabila
diberi makanan yagn baik, sapi dara akan mencapai berat yagn cukup untuk
dikawinkan pada umur 15 bulan, sehingga pada umur 2 tahun sudah dapat melhirkan
anak pertama. Namun peternak ada yagn mengawinkan sapi daranya pada umur 26-28
bulan, sehingga baru beranak pada umur 3 tahun. Petenak demikian praktis akan
mengluakan biaya yagn lebih banyak sebelum sapi tersebut berproduksi(Staf
Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah,
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
A.Materi
Praktikum
Alat-alat
Praktikum di Lapangan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :








B.Bahan
praktikum dilapangan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
·
Gigi
Sapi perah PFH (Melati 4)
·
Gigi
Sapi perah PFH (Persik 4)
·
Gigi
Sapi Perah (Sedap Malam 5)
B.
Metode
praktikum dilapangan
Adapun metode yang digunakan dalam
praktikumk ini adalah
·
Membersihkan
kandang dan memandikan sapi sekaligus membuang kotorannya ke lapangan
·
Mengelus
elus badan ternak tersebut agar ternak tenang kemudian perlahan pegang tali
yang terikat dihidungnya,lalu pelan pelan masukkan tangan kedalam mulut sapi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A
.
hasil praktikum.
No
|
Nama sapi
|
Umur
|
Kelahiran
|
Periode
laktasi
|
Masa
laktasi
|
1
|
Melati
4
|
3
– 3 ½ thn
|
2
kali
|
2
|
5
|
2
|
Persik
4
|
3½
-4½ thn
|
2
kali
|
2
|
5
|
3
|
Sedap
Malam 5
|
3
½ -4 ½ thn
|
1
kali
|
1
|
13
|
Dari hasil praktikum yang didapat
terdapat tiga ekor sapi dengan umur yang berbeda yaitu sapi yang umurnya 3- 3 ½
thn yaitu terdapat tiga pasang gigi yang sudah berganti, sebanyak dua ekor dan
sapi yang berumur 3 ½ - 4 ½ thn atau semua gigi sudah berganti,satu ekor dari
data ini dengan mengetahui umur suatu ternak kita dapat menentukan berapa
periode laktasi sapi tersebut dengan demikian umur sapi mempunyai korelasi
dengan jumlah periode laktasinya dengan mengetahui umur maka dengan secara
tidak langsung kita dapat mengetahui periode laktasinya.
Pada sapi 1 dan 2 mempunyai umur yang sama dan
kelahiran sama ,periode laktasi yang sama dan masa laktasi yang sama hal ini
bias bersamaan karena pertumbuhannya bagus dan mendapatkan asupan gizi yang
sesuai dengan kebutuhan sehinggadapat bereproduksi dengan baik,sedangkan pada
sapi 3 yang seharusnya mempunyai anak lebih bannyak dibandigkan dua sapi yan g
diatas tetapi kenyataannya tidak demikian malah baru memasuki periode laktasi
pertama dan buru satu kali melahirkan,hal ini terjadi karena, menurut cerita
yang dipaparkan oleh petugas yang bersangkutan hal itu terjadi karena induk api
tersebut pada masa pedetnya asupan gizinya tidak terpenuhi karena induknya mati
sehingga susu yang seharusnya didapat tidak didapat sehingga pertumbuhannya
terganggu dan perkawinannya terhambat sehingga sapi tiga hanya buru dapat
breproduksi sekali
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A)
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa;
§
Untuk
mengetahui periode laktasi dapat dilakukan dengan cara mengetahui umur ternak
tersebut dan dapt ditanyakan pada petugas setempat
§
Perawatan
yang baik sangat menentukan majunya pertumbuhan ternak tersebut untuk mencapai
periode laktasi pertamanya.
§
Satu
periode laktasi sama dengan 10 masa laktasi
§
Menentukan
umur sapi dapat dilakukan dengan cara melihat gigi pada ternak tersebut
§
Terdapat
2 ekor sapi yang masa laktasinya sama.
B)
Saran
Sarannya untuk praktikum ini adalah
antara lain;
§
Harus
mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktkum dengan benar
dan matang.
§
Melakukan
praktikum dengan serius .
§
Datang
tepat waktu ke tempat praktikum
§ Belajar sebelum praktikum.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Colyer, JF. 1990
Variations and Diseases of the Teeth of Animal. Cambridge University
Press.
Cambridge .
Poespo, 1986. Ilmu makanan ternak dasar. UGM press . Yogyakarta .
Poespo, S.1965. Pengetahuan
tentang Umur Hewan/Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan, UGM. Yogyakarta
Sastramidjoyo
et al, 1982. penentuan kualitas kandang yang baik bagi ternak. Penerbit
karya anda, Surabaya .
Staf
Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, 1980. Ilmu Produksi Ternak Perah.
Universitas Padjadjaran : Bandung .